Dipilih secara aklamasi
Hari yang ditunggu pun datang. Sabtu (19/9) Di gedung
Kalawang Convention Center Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah, seribuan orang
telah berkumpul untuk menghadiri pelantikan Presiden Dayak 2015 -2020. Drs.
Cornelis, MH. ditemani istri Ny. Frederika Cornelis S.Pd , tiba dengan
berkostum khas ornamen Dayak pada setelan jas merah yang dikenakan nya.
Seusai mengucapkan sumpah dan janji jabatan atas pelantikan
nya menjadi Presiden Dayak 5 tahun kedepan , Ia pun diberikan kesempatan untuk
memberikan sambutan. Bukan Cornelis namanya, jika seruangan tak terkesima
dengan gelegar suaranya. Diawali mengucapkan salam “Adil Ka’ Talino , Bacuramin
Ka’ Saruga , Basengat Ka’ Jubata” , sang orator pun menyampaikan semua buah
pikirnya .
“ Saya mengucapkan terima kasih kepada peserta munas dan tim
nominator , yang telah memberikan kepercayaan kepada saya, untuk dipilih secara
langsung sebagai Presiden Dayak periode 2015 -2020 menggantikan Pak Teras
Narang, Presiden Dayak sebelumnya. Saya akan belajar banyak dari Pak Teras
Narang, bagaimana melakukan tugas ini dengan baik, karena ini bukan pekerjaan
yang mudah , “ Ujarnya dalam sambutan.
Munas IV MADN ini memang diselenggarakan sejak 18 – 19
September 2015 . Ada beberapa isu kekinian yang diangkat dalam Munas ini. Salah
satunya pemilihan Presiden Dayak. Namun , atas itu semua dengan kurun waktu 1
bulan semenjak dilantik ,yang diberikan tim formatur, maka Cornelis harus
merumuskan kabinet nya yang akan mewakili semua unsur masyarakat Dayak di pulau
Kalimantan, termasuk kaum wanita .
“ semua harus terwakili , termasuk wanita. Karena keterwakilan
kaum wanita telah diatur oleh Undang –Undang . Dayak tidak menganut
sistem marga, sehingga keterwakilan kaum wanita pun sangat penting didalam
organisasi ini”, ungkapnya.
Dihubungi terpisah , Ketua Harian Dewan Adat Dayak –DAD
Kalbar , Yakobus Kumis yang didaulat menjadi salah satu tim formatur pun
berkisah tentang Munas IV MADN. Sejak awal Presiden Dayak sebelumnya
yakni Agustin Teras Narang telah meminta Cornelis untuk menggantikan
dirinya melanjutkan perjuangan di periode 5 tahun kedepan . Alasan
satu visi dan kesamaan gaya bekerja, menjadikan nama Cornelis pun masuk menjadi
satu – satunya nama terkuat di tim nominasi untuk di uji.
“ tim nominasi ini berisikan 7 orang , 4 dari DAD di seluruh
Propinsi se Kalimantan , dan 3 orang dari pengurus MADN sebelumnya. Nama Pak
Cornelis awalnya diuji kemudian dijaring terlebih dahulu. Dan akhirnya
disepakati secara bulat, memilih Pak Conelis untuk jadi Presiden Dayak. Ini
sesuai dengan AD/ART MADN pasal 7 ayat 1 dan 2 B, dimana Presiden MADN dipilih
oleh tim nominasi , “ jelasnya.
Ditanyakan mengenai kantor MADN apakah akan pindah ke
Kalbar, Yakobus Kumis pun membenarkan hal itu. Menurutnya , dimana Presiden
Dayak tersebut bertempat tinggal maka secara otomatis kantor nya juga akan
pindah menyesuaikan kediaman pemimpin MADN , yakni di Kota Pontianak, Kalbar.
Yakobus menambahkan , untuk kepengurusan DAD Propinsi
Kalbar , yang masih diketuai oleh Cornelis, akan melekat hingga Musyawarah Adat
Dayak Kalbar di Bulan November 2015. Nantinya sehabis masa jabatan Cornelis
sebagai Ketua Umum DAD Kalbar , maka akan dipilih kepengurusan baru. Sedangkan
kembali ke soal pelantikan itu, Ia berujar, tidak hanya dari perwakilan DAD se
Pulau Kalimantan saja yang hadir , namun ada juga DAD dari luar yakni DAD
Propinsi Kepulauan Riau , Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sumatera
Utara . Selain itu hadir pula masyarakat Dayak dari negara Malaysia dan
Brunei Darussalam di Munas IV MADN ini.
Program Kerja Presiden Dayak
Kembali ke sambutan Cornelis paska dilantik menjadi Presiden
Dayak , Ia banyak mengisahkan sejarah masyarakat adat Dayak selama ini.
Menurutnya orang Dayak adalah pemlik sah Kalimantan, yang akhirnya bergabung
dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Awalnya pulau
ini memang aslinya bernama Kalimantan yang berasal dari kata Klemantan .
Namun ketika penjajahan Belanda, diganti dengan nama Borneo. Dijelaskan
Cornelis , Pulau ini sangat kaya akan sumber daya alam , namun bukan orang
Dayak yang menikmatinya.
“ Suku dayak ini bermacam sub suku, demikian juga agama ,
demikian juga bahasa. Pulau ini sangat kaya, apa yang tidak orang punya , kita
di Kalimantan punya. Orang tidak punya Intan, kita punya. Orang tidak punya
minyak, nuklir, uranium , batubara , kita punya. APBN banyak dari pulau ini,
tapi yang menikmatinya orang lain” , tegasnya.
Cornelis mengaku ,sebagai orang Dayak , sangat berat
menerima tugas ini . Menurutnya program lanjutan yang belum terselesaikan oleh
Teras Narang selama 5 tahun belakangan akan dilanjutkannya. Ia pun mengaku akan
belajar dari Teras Narang. Dituturkan Cornelis , Ia bersama tim kerja MADN
periode 2015 -2020 akan bekerja keras menunjukkan kepada Pemerintah bahwa Suku
Dayak itu ada , dan harus diperhatikan .
“ Kita sejujurnya tidak dianggap, namun kita berharap
dianggap. Jikapun kita meminta kepada Pemerintah , itu sudah sesuai dengan Sila
ke 5 Pancasila. Namun , dalam meminta ini pun harus sesuai dengan norma, nilai
adat budaya Dayak, “ katanya.
Di depan pengeras suara, Ia pun mengeluarkan keresahan nya
yang akan ditetaskan dalam program kerja. Menurutnya selama ini kabut asap yang
timbul akibat kebakaran hutan belum lagi dampak elnino yakni musim kering,
dituduhkan kepada masyarakat adat Dayak sebagai penyebab nya. Padahal , saat ini
musim membakar ladang telah selesai , namun tetap saja masyarakat adat
Dayak yang menjadi kambing hitam.
“ Ancaman asap ini menjadi beban kita seKalimantan , musim
bakar ladang kita sudah selesai, sekarang sudah musim panen , sayur sudah habis
, bukan saatnya lagi bakar ladang sekarang bagi orang Dayak. Yang terbakar
sekarang ini , kalau kami di Kalbar menyebut tanah sepok atau
gambut. Orang Dayak itu jarang tinggal di lahan gambut, adanya di pedalaman ,
dan perbukitan. “ tegasnya.
Lebih lanjut , Ia mengajak seluruh masyarakat Dayak bahu
membahu bersama Pemerintah mengurangi kebakaran hutan dan lahan, dengan cara
tidak membuang puntung rokok bagi yang sedang memburu di dalam hutan.
Selain itu , ancaman lainnya yakni masalah rabies.
Menurutnya , hampir semua orang Dayak sangat menyukai memelihara anjing.
Hewan ini selain sebagai penjaga rumah, banyak juga dimanfaatkan untuk
membantu perburuan di dalam hutan. Untuk itu , dengan melonjak nya kasus
rabies, Cornelis meminta masyarakat Dayak segera menghubungi pemerintah daerah
nya , atau perangkat desa nya memberikan vaksin kepada hewan peliharaan itu.
Namun masalah yang paling berat adalah Narkoba. Zat adikitif
ini sangat merusak generasi bangsa, dan jangan sampai generasi Dayak dan
seluruh masyarakat di pulau kalimantan mencobanya, karena akan fatal bagi
kesehatan dan kehidupan .
“ Narkoba ini berdasarkan pengamatan yang saya pelajari
sudah dirancang secara sistematis untuk merusak generasi bangsa. Oleh karena
itu melalui dewan adat dayak di pulau kalimantan, mari kita memberikan
penyuluhan dan pembinaan masyarakat , karena narkoba sangat berbahaya.
Penyuluhan ini bisa dimulai dari keluarga, tetangga, hingga masyarakat luas, “
ujarnya .
Kemudian dikatakannya, pekerjaan untuk menuntaskan beragam persoalan yang dirasakan
masyarakat Dayak ini bukan
perkara mudah. Karena tujuan setiap pemimpin
itu pastinya mengorganisir , dalam rangka membantu Pemerintahmelakukan percepatan pembangunan. Namun lagi-
lagi ada ancaman serius
yang saat ini dan kedepan akan dihadapi , yakni konflik sosial. Selain ada soal
masyarakat Dayak yang sejak ribuan tahun sudah bermukin di wilayah itu kemudian
diklaim sebagai Taman Nasional dan Kawasan Lindung, ada pula menyangkut tambang dan kebun. Cornelis berujar, ini menjadi ancaman paling
tidak biasa , dimana Pemerintah harusnya memberikan bagian kepada masyarakat untuk mengelola
wilayah nya sendiri .
No comments:
Post a Comment