Saturday, June 25, 2016

Sejarah Majelis Adat Dayak Nasional Lanjutan II

Dipilih secara aklamasi
Hari yang ditunggu pun datang. Sabtu (19/9) Di gedung Kalawang Convention Center Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah, seribuan orang telah berkumpul untuk menghadiri pelantikan Presiden Dayak 2015 -2020. Drs. Cornelis, MH.  ditemani istri Ny. Frederika Cornelis S.Pd , tiba dengan berkostum khas ornamen Dayak pada setelan jas merah yang dikenakan nya.

Seusai mengucapkan sumpah dan janji jabatan atas pelantikan nya menjadi Presiden Dayak 5 tahun kedepan , Ia pun diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan. Bukan Cornelis namanya, jika seruangan tak terkesima dengan gelegar suaranya. Diawali mengucapkan salam “Adil Ka’ Talino , Bacuramin Ka’ Saruga , Basengat Ka’ Jubata” , sang orator pun menyampaikan semua buah pikirnya .

“ Saya mengucapkan terima kasih kepada peserta munas dan tim nominator , yang telah memberikan kepercayaan kepada saya, untuk dipilih secara langsung sebagai Presiden Dayak periode 2015 -2020 menggantikan Pak Teras Narang, Presiden Dayak sebelumnya. Saya akan belajar banyak dari Pak Teras Narang, bagaimana melakukan tugas ini dengan baik, karena ini bukan pekerjaan yang mudah ,  “ Ujarnya dalam sambutan.

Munas IV  MADN ini memang diselenggarakan sejak 18 – 19 September 2015 . Ada beberapa isu kekinian yang diangkat dalam Munas ini. Salah satunya pemilihan Presiden Dayak. Namun , atas itu semua dengan kurun waktu 1 bulan semenjak dilantik ,yang diberikan tim formatur, maka Cornelis harus merumuskan kabinet nya yang akan mewakili semua unsur masyarakat Dayak di pulau Kalimantan, termasuk kaum wanita .

“ semua harus terwakili , termasuk wanita. Karena keterwakilan kaum wanita telah diatur oleh Undang –Undang .  Dayak tidak menganut sistem marga, sehingga keterwakilan kaum wanita pun sangat penting didalam organisasi ini”, ungkapnya.

Dihubungi terpisah , Ketua Harian Dewan Adat Dayak –DAD Kalbar , Yakobus Kumis yang didaulat menjadi salah satu tim formatur pun berkisah tentang Munas IV MADN. Sejak awal Presiden Dayak sebelumnya yakni  Agustin Teras Narang telah meminta Cornelis untuk menggantikan dirinya  melanjutkan perjuangan di periode 5 tahun kedepan .  Alasan satu visi dan kesamaan gaya bekerja, menjadikan nama Cornelis pun masuk menjadi satu – satunya nama terkuat di tim nominasi untuk di uji.  

“ tim nominasi ini berisikan 7 orang , 4 dari DAD di seluruh Propinsi se Kalimantan , dan 3 orang dari pengurus MADN sebelumnya. Nama Pak Cornelis awalnya diuji kemudian dijaring terlebih dahulu. Dan akhirnya disepakati secara bulat, memilih Pak Conelis untuk jadi Presiden Dayak. Ini sesuai dengan AD/ART MADN pasal 7 ayat 1 dan 2 B, dimana Presiden MADN dipilih oleh tim nominasi , “ jelasnya.
Ditanyakan mengenai kantor MADN apakah akan pindah ke Kalbar, Yakobus Kumis pun membenarkan hal itu. Menurutnya , dimana Presiden Dayak tersebut bertempat tinggal maka secara otomatis kantor nya juga akan pindah menyesuaikan kediaman pemimpin MADN , yakni di Kota Pontianak, Kalbar.

Yakobus  menambahkan , untuk kepengurusan DAD Propinsi Kalbar , yang masih diketuai oleh Cornelis, akan melekat hingga Musyawarah Adat Dayak Kalbar di Bulan November 2015. Nantinya sehabis masa jabatan Cornelis sebagai Ketua Umum DAD Kalbar , maka akan dipilih kepengurusan baru. Sedangkan kembali ke soal pelantikan itu, Ia berujar, tidak hanya dari perwakilan DAD se Pulau Kalimantan saja yang hadir , namun ada juga DAD dari luar yakni DAD Propinsi Kepulauan Riau , Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sumatera Utara .  Selain itu hadir pula masyarakat Dayak dari negara Malaysia dan Brunei Darussalam di Munas IV MADN ini.

Program Kerja Presiden Dayak
Kembali ke sambutan Cornelis paska dilantik menjadi Presiden Dayak , Ia banyak mengisahkan sejarah masyarakat adat Dayak selama ini. Menurutnya orang Dayak adalah pemlik sah Kalimantan, yang akhirnya bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Awalnya pulau ini memang aslinya bernama Kalimantan yang berasal dari kata Klemantan . Namun ketika penjajahan Belanda, diganti dengan nama Borneo. Dijelaskan Cornelis , Pulau ini sangat kaya akan sumber daya alam , namun bukan orang Dayak yang menikmatinya.

“ Suku dayak ini bermacam sub suku, demikian juga agama , demikian juga bahasa. Pulau ini sangat kaya, apa yang tidak orang punya , kita di Kalimantan punya. Orang tidak punya Intan, kita punya. Orang tidak punya minyak, nuklir, uranium , batubara , kita punya. APBN banyak dari pulau ini, tapi yang menikmatinya orang lain” , tegasnya.

Cornelis mengaku ,sebagai orang Dayak , sangat berat menerima tugas ini . Menurutnya program lanjutan yang belum terselesaikan oleh Teras Narang selama 5 tahun belakangan akan dilanjutkannya. Ia pun mengaku akan belajar dari Teras Narang. Dituturkan Cornelis , Ia bersama tim kerja MADN periode 2015 -2020 akan bekerja keras menunjukkan kepada Pemerintah bahwa Suku Dayak itu ada , dan harus diperhatikan .

“ Kita sejujurnya tidak dianggap, namun kita berharap dianggap. Jikapun kita meminta kepada Pemerintah , itu sudah sesuai dengan Sila ke 5 Pancasila. Namun , dalam meminta ini pun harus sesuai dengan norma, nilai adat budaya Dayak, “ katanya.

Di depan pengeras suara, Ia pun mengeluarkan keresahan nya yang akan ditetaskan dalam program kerja. Menurutnya selama ini kabut asap yang timbul akibat kebakaran hutan belum lagi dampak elnino yakni musim kering, dituduhkan kepada masyarakat adat Dayak sebagai penyebab nya. Padahal , saat ini musim membakar ladang telah selesai ,  namun tetap saja masyarakat adat Dayak yang menjadi kambing hitam.
“ Ancaman asap ini menjadi beban kita seKalimantan , musim bakar ladang kita sudah selesai, sekarang sudah musim panen , sayur sudah habis , bukan saatnya lagi bakar ladang sekarang bagi orang Dayak. Yang terbakar sekarang ini , kalau kami di Kalbar menyebut tanah sepok atau gambut. Orang Dayak itu jarang tinggal di lahan gambut, adanya di pedalaman , dan perbukitan. “ tegasnya.

Lebih lanjut , Ia mengajak seluruh masyarakat Dayak bahu membahu bersama Pemerintah mengurangi kebakaran hutan dan lahan, dengan cara tidak membuang puntung rokok bagi  yang sedang memburu di dalam hutan.

Selain itu , ancaman lainnya yakni masalah rabies. Menurutnya , hampir semua orang Dayak sangat menyukai memelihara anjing.  Hewan ini selain sebagai penjaga rumah, banyak juga dimanfaatkan untuk membantu perburuan di dalam hutan. Untuk itu , dengan melonjak nya kasus rabies, Cornelis meminta masyarakat Dayak segera menghubungi pemerintah daerah nya , atau perangkat desa nya memberikan vaksin kepada hewan peliharaan itu.

Namun masalah yang paling berat adalah Narkoba. Zat adikitif ini  sangat merusak generasi bangsa, dan jangan sampai generasi Dayak dan seluruh masyarakat di pulau kalimantan mencobanya, karena akan fatal bagi kesehatan dan kehidupan .

“ Narkoba ini berdasarkan pengamatan yang saya pelajari sudah dirancang secara sistematis untuk merusak generasi bangsa. Oleh karena itu melalui dewan adat dayak di pulau kalimantan, mari kita memberikan penyuluhan dan pembinaan masyarakat , karena narkoba sangat berbahaya. Penyuluhan ini bisa dimulai dari keluarga, tetangga, hingga masyarakat luas, “ ujarnya .

Kemudian dikatakannya, pekerjaan untuk menuntaskan beragam persoalan yang dirasakan masyarakat Dayak ini  bukan perkara mudah.  Karena tujuan setiap pemimpin itu pastinya mengorganisir dalam rangka membantu Pemerintahmelakukan  percepatan pembangunan. Namun lagi- lagi ada ancaman serius yang saat ini dan kedepan akan dihadapi , yakni konflik sosial. Selain ada soal masyarakat Dayak yang sejak ribuan tahun sudah bermukin di wilayah itu kemudian diklaim sebagai Taman Nasional dan Kawasan Lindung, ada pula menyangkut tambang dan kebun. Cornelis berujar,  ini menjadi ancaman paling tidak  biasa , dimana Pemerintah harusnya memberikan bagian kepada masyarakat untuk mengelola wilayah nya sendiri .

No comments:

Post a Comment